Transisi Energi Terbarukan di Telkom Group: Membangun Masa Depan Telekomunikasi Berkelanjutan dengan Energi Bersih

Oleh: Dimas Satya Lesmana, S.T., M.B.A.

Latar Belakang: Mengapa Beralih ke Energi Terbarukan?

Transisi energi di PT Telkom Tbk merupakan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada energi non-terbarukan, sekaligus mendukung komitmen nasional Indonesia dalam mencapai net-zero emission di masa depan. Dengan meningkatnya biaya operasional dan risiko perubahan iklim, Telkom telah menetapkan roadmap untuk beralih ke energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLT Angin) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) guna memperkuat ketahanan energi di menara BTS (Base Transceiver Station).

Tantangan dan Peluang

Telkom menghadapi tantangan ketergantungan pada energi fosil yang tidak hanya berbiaya tinggi tetapi juga berkontribusi pada emisi karbon yang besar. Namun, dengan adopsi energi terbarukan, peluang untuk mengurangi biaya operasional dan jejak karbon semakin terbuka. Inisiatif transisi ini sejalan dengan target Environmental, Social, and Governance (ESG) yang diusung perusahaan.

Roadmap Transisi Energi: Menuju Green BTS

Telkom telah menyusun roadmap untuk memulai transisi ke energi terbarukan di seluruh jaringan BTS yang tersebar di Indonesia. Adopsi teknologi hybrid yang menggabungkan PLT Angin dan PLTS menjadi solusi yang tepat, mengingat variasi kondisi cuaca di Indonesia. PLTS efektif menghasilkan listrik di siang hari, sementara PLT Angin mampu menghasilkan listrik pada malam hari atau saat matahari tidak bersinar, memastikan pasokan listrik yang stabil dan berkelanjutan.

Teknologi dan Implementasi

Transisi energi di Telkom didukung dengan instalasi weather station di lokasi-lokasi BTS untuk mengumpulkan data cuaca seperti kecepatan angin, radiasi matahari, dan temperatur. Data ini kemudian dianalisis untuk menentukan teknologi yang paling sesuai—baik itu PLTS, PLT Angin, atau kombinasi hybrid.

Sistem hybrid ini sangat efektif untuk menara BTS yang terletak di daerah dengan jaringan listrik yang tidak stabil. Selain meningkatkan efisiensi energi, sistem ini juga membantu mengurangi emisi karbon hingga 14%, memberikan penghematan biaya operasional yang signifikan dalam jangka panjang.

Pilot Project di Kota Bandung

Untuk menguji kelayakan transisi energi terbarukan, Kota Bandung dipilih sebagai lokasi pilot project pertama. Data BMKG menunjukkan bahwa kecepatan angin di Bandung cukup stabil, menjadikannya lokasi ideal untuk implementasi sistem hybrid PLT Angin dan PLTS. Hasil dari pilot project ini akan menjadi dasar bagi Telkom dalam memperluas implementasi Green BTS ke seluruh Indonesia.

Keuntungan Jangka Panjang

Beberapa keuntungan utama dari transisi ini meliputi:

  1. Penghematan Biaya: Mengurangi ketergantungan pada energi non-terbarukan dan biaya operasional menara BTS.
  2. Pengurangan Emisi Karbon: Mendukung target nasional net-zero emission 2060 dengan kontribusi pengurangan jejak karbon.
  3. Keberlanjutan dan Citra: Memperkuat citra Telkom sebagai perusahaan ramah lingkungan dengan adopsi energi terbarukan.
  4. Insentif Pemerintah: Potensi mendapatkan subsidi energi terbarukan dan pengurangan pajak.

Kesimpulan dan Langkah Selanjutnya

Transisi energi terbarukan di Telkom Group merupakan langkah penting menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Dengan teknologi hybrid yang menggabungkan PLT Angin dan PLTS, Telkom dapat memaksimalkan efisiensi energi, mengurangi emisi karbon, dan meningkatkan keberlanjutan operasional di seluruh Indonesia. Pilot project di Bandung akan menjadi titik awal yang signifikan dalam perjalanan menuju Green BTS di seluruh jaringan Telkom.


Leave a Reply