Statistik Jumlah Limbah B3 di Indonesia: Siapa Penghasil Terbesar?

Untuk memahami urgensi pengelolaan limbah B3 secara profesional, kita perlu melihat data empiris yang menggambarkan seberapa besar limbah B3 yang dihasilkan di Indonesia. Gambar 6.3 di atas menyajikan jumlah limbah B3 Indonesia tahun 2019 berdasarkan sektor industri utama, yang dihimpun dari data Statistik PSLB3 2019 oleh KLHK.

Mari kita telusuri temuan-temuan penting dari data ini.


1. Dominasi Sektor Pertambangan dan Migas

  • Total limbah yang dikelola: 33.489.880,51 ton
  • Persentase dari total nasional: >60%

Industri pertambangan dan migas menjadi penyumbang terbesar limbah B3 di Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi mengingat tingginya volume eksplorasi dan produksi di sektor ini yang melibatkan bahan kimia, lumpur pengeboran, tailing, dan limbah kimia lainnya.

Fakta menarik: Seluruh limbah dari sektor ini terdata sebagai telah dikelola, menunjukkan bahwa industri ini sudah memiliki sistem manajemen limbah yang relatif baik—mungkin karena tuntutan regulasi internasional dan kontrak bagi hasil (PSC) dengan pemerintah.


2. Sektor Manufaktur: Volume Besar tapi Belum Sepenuhnya Terkelola

  • Limbah yang dikelola: 9.031.174,81 ton
  • Limbah yang tidak dikelola: 4 ton

Sektor manufaktur menempati urutan kedua. Meskipun hanya 4 ton yang tercatat sebagai “tidak dikelola”, angka ini bisa menjadi sinyal bahwa pencatatan belum sepenuhnya valid, atau justru ada praktik pengelolaan informal yang belum terverifikasi oleh otoritas.

Sektor ini mencakup pabrik elektronik, otomotif, kimia, hingga tekstil—semua dengan potensi limbah B3 cukup tinggi.


3. Sektor Prasarana Jasa: Celah Terbesar dalam Pengelolaan

  • Dikelola: 6.895.354,48 ton
  • Tidak dikelola: 357.857,95 ton

Inilah satu-satunya sektor dengan jumlah limbah B3 tidak terkelola yang signifikan secara absolut. Sektor ini bisa meliputi rumah sakit, laboratorium, pelabuhan, bandara, dan fasilitas pelayanan publik lainnya. Seringkali, sektor ini luput dari pengawasan ketat karena dianggap non-industri.

Ini menjadi tantangan penting: peningkatan kapasitas pengelolaan limbah B3 sektor jasa harus menjadi prioritas nasional.


4. Sektor Agro Industri: Skala Kecil, Tapi Tetap Perlu Perhatian

  • Dikelola: 113.284,97 ton
  • Tidak dikelola: 132,10 ton

Walaupun volumenya jauh lebih kecil dibanding sektor lain, agroindustri seperti kelapa sawit, pengolahan makanan, dan produk pertanian juga menghasilkan limbah B3—terutama dari bahan kimia pertanian, pelarut, dan oli mesin.

Yang menarik: persentase limbah tak terkelola di sektor ini tergolong tinggi secara proporsional.


5. Implikasi Strategis bagi Pengelola Limbah

Berdasarkan data ini, berikut adalah beberapa implikasi penting bagi para pelaku di bidang pengelolaan limbah seperti PT Centra Rekayasa Enviro:

  • Peluang bisnis besar dalam membantu sektor jasa dan agro untuk mematuhi regulasi pengelolaan limbah.
  • Penguatan sistem tracking dan data recording agar tidak ada celah dalam pelaporan limbah tidak terkelola.
  • Pengembangan fasilitas regional (bukan hanya di kawasan industri) agar sektor non-industri memiliki akses ke pengolahan limbah yang memadai.

Penutup: Menuju Sistem Pengelolaan Limbah B3 yang Merata dan Adil

Data tahun 2019 ini menunjukkan bahwa Indonesia sudah memiliki pijakan dalam pengelolaan limbah B3, namun masih terdapat gap besar terutama pada sektor jasa dan skala usaha kecil-menengah. PT Centra Rekayasa Enviro berkomitmen menjadi bagian dari solusi melalui penyediaan teknologi, pelatihan, dan jasa pengelolaan limbah yang terintegrasi dan terpercaya.


PT Centra Rekayasa Enviro – Rekayasa Lingkungan untuk Masa Depan Berkelanjutan

📍 Jl. Taman Mekar Agung, Ruko No. 42, Istana Mekar Wangi, Bandung, Jawa Barat
📞 0811-110-3650
📧 info@cr-enviro.com
🌐 www.cr-enviro.com